CP Kurikulum Merdeka: Panduan Lengkap, Tujuan, dan Contohnya!
Pernah dengar istilah CP dalam konteks Kurikulum Merdeka? Bagi yang berkecimpung di dunia pendidikan, khususnya para guru, istilah ini pasti sudah nggak asing lagi. Tapi buat yang di luar itu atau baru mulai berkenalan, mungkin masih bertanya-tanya, sebenarnya apa sih yang dimaksud CP dalam Kurikulum Merdeka itu? Yuk, kita bedah tuntas biar nggak bingung lagi!
Image just for illustration
Apa Itu Capaian Pembelajaran (CP)?¶
Secara sederhana, Capaian Pembelajaran (CP) itu bisa dibilang sebagai tujuan akhir dari serangkaian proses pembelajaran. Kalau diibaratkan perjalanan, CP itu destinasinya. Jadi, CP adalah rumusan kompetensi dan karakter yang diharapkan bisa dikuasai atau ditunjukkan oleh peserta didik setelah menyelesaikan satu fase pembelajaran tertentu. Ini bukan cuma soal tahu banyak hal, tapi juga bisa melakukan sesuatu dan punya sikap yang baik.
CP ini menggantikan peran yang dulu dipegang oleh Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) di kurikulum sebelumnya. Bedanya, CP dirancang lebih luas dan fleksibel, mencakup seluruh jenjang pendidikan, mulai dari PAUD, SD (Fase A, B, C), SMP (Fase D), SMA (Fase E, F), hingga SMK dan Pendidikan Khusus. Setiap fase punya CP-nya masing-masing yang disesuaikan dengan perkembangan usia dan tahapan berpikir anak. Intinya, CP adalah arah dan target belajar yang menjadi acuan bagi guru untuk merancang pembelajaran yang efektif dan relevan.
Mengapa CP Sangat Penting dalam Kurikulum Merdeka?¶
Kehadiran CP ini bukan tanpa alasan lho. Ada beberapa alasan kuat kenapa CP jadi tulang punggung dalam Kurikulum Merdeka:
Memberikan Arah yang Jelas¶
CP ini ibarat kompas bagi guru dan sekolah. Dengan adanya CP, guru tahu persis apa yang harus dicapai oleh siswanya di akhir fase tertentu. Ini membantu guru untuk menyusun rencana pembelajaran, memilih materi, dan merancang aktivitas yang benar-benar relevan dan mengarah pada pencapaian CP. Tanpa arah yang jelas, pembelajaran bisa jadi random dan nggak fokus.
Menjadi Acuan Fleksibilitas¶
Meski memberikan arah, CP justru dirancang untuk memberikan fleksibilitas yang lebih besar bagi guru. CP tidak mendikte secara rinci materi per materi yang harus diajarkan, melainkan fokus pada kompetensi yang harus dikembangkan. Ini memungkinkan guru untuk menyesuaikan cara mengajar, metode, dan bahkan materi pendukung dengan konteks lokal, karakteristik siswa, dan kebutuhan belajar mereka. Pembelajaran jadi lebih personal dan kontekstual.
Fokus pada Pengembangan Kompetensi Menyeluruh¶
CP tidak hanya menargetkan aspek pengetahuan saja, tapi juga keterampilan dan sikap secara terintegrasi. Kurikulum Merdeka ingin mencetak pelajar yang punya Profil Pelajar Pancasila, yang nggak cuma pintar otaknya, tapi juga berakhlak mulia, kreatif, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan berkebinekaan global. CP dirumuskan sedemikian rupa untuk mendukung pencapaian profil ini secara holistik.
Fondasi untuk Pengembangan Perangkat Ajar¶
Semua perangkat ajar di Kurikulum Merdeka, mulai dari Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), Tujuan Pembelajaran (TP), hingga Modul Ajar (pengganti RPP), semuanya harus diturunkan dari CP. Jadi, CP adalah master plan-nya. Guru merumuskan TP dari CP, lalu merangkai TP menjadi ATP, dan dari ATP itulah guru mengembangkan Modul Ajar yang isinya detail kegiatan pembelajaran. Ini memastikan semua yang dilakukan di kelas sejalan dengan target CP.
Perbedaan CP dengan KI/KD¶
Nah, ini bagian yang sering ditanyakan. Apa sih bedanya CP dengan KI/KD yang sudah kita kenal di kurikulum sebelumnya?
Struktur dan Ruang Lingkup¶
- KI/KD: KI (Kompetensi Inti) dan KD (Kompetensi Dasar) biasanya dirumuskan per jenjang kelas dan per mata pelajaran. KD adalah penjabaran dari KI. Strukrturnya cukup rinci dan spesifik untuk setiap kelas.
- CP: CP dirumuskan per fase pembelajaran yang mencakup beberapa tahun ajaran (misalnya Fase B untuk kelas 3 dan 4 SD). Ruang lingkupnya lebih luas dan mencakup capaian di akhir fase, bukan per tahun atau per semester. Ini memberikan rentang waktu yang lebih panjang bagi siswa untuk mencapai kompetensi, menyesuaikan dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda.
Fokus Utama¶
- KI/KD: Cenderung lebih fokus pada konten dan materi yang harus dikuasai siswa di setiap kelas. Pengetahuan seringkali menjadi penekanan utama, meski ada juga KD keterampilan.
- CP: Lebih berfokus pada kompetensi yang ingin dikembangkan. Kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terintegrasi. CP mendorong pembelajaran yang lebih kontekstual dan berorientasi pada penerapan dalam kehidupan nyata, bukan hanya menghafal fakta.
Fleksibilitas Implementasi¶
- KI/KD: KD cenderung “mengunci” materi yang harus diajarkan di kelas tertentu, membuat guru kurang leluasa untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan spesifik siswa atau kondisi sekolah.
- CP: Karena dirumuskan per fase dan lebih berfokus pada kompetensi, CP memberikan kebebasan yang lebih besar bagi guru. Guru bisa memilih materi apa yang relevan, metode apa yang paling pas, dan aktivitas belajar seperti apa yang paling efektif untuk membantu siswa mencapai CP di fasenya. Guru bisa merancang ATP yang berbeda-beda meskipun CP-nya sama, tergantung konteks.
Secara ringkas, CP itu lebih holistik, fleksibel, dan berbasis kompetensi dibandingkan KI/KD yang cenderung parsial, rigid, dan berbasis konten.
Struktur Capaian Pembelajaran (CP)¶
Bagaimana CP ini disusun? CP biasanya dibagi per mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran, dan dipecah per fase. Di dalam setiap CP mata pelajaran per fase, ada beberapa elemen. Elemen ini adalah aspek-aspek kunci dari mata pelajaran tersebut yang menjadi fokus pengembangan.
Contoh untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di Fase B (kelas 3-4 SD):
CP Bahasa Indonesia Fase B mencakup elemen-elemen seperti:
* Menyimak: Kemampuan memahami informasi dari teks lisan.
* Membaca dan Memirsa: Kemampuan memahami berbagai jenis teks tulis dan visual.
* Berbicara dan Mempresentasikan: Kemampuan menyampaikan gagasan secara lisan dan non-verbal.
* Menulis: Kemampuan menghasilkan berbagai jenis teks tulis.
Setiap elemen dijelaskan lebih lanjut mengenai kompetensi apa yang diharapkan tercapai di akhir fase untuk elemen tersebut. Misalnya, pada elemen Menulis di Fase B, CP-nya bisa jadi siswa diharapkan mampu “menulis teks narasi dan teks deskripsi sederhana dengan struktur yang jelas dan ejaan yang benar”. Ini adalah targetnya. Guru kemudian menjabarkannya menjadi Tujuan Pembelajaran yang lebih spesifik dan terukur.
Bagaimana Guru Menggunakan CP dalam Praktik Pembelajaran?¶
Meskipun CP adalah “tujuan”, guru tidak bisa langsung mengajarkannya begitu saja. Ada proses yang harus dilalui:
- Memahami CP: Guru perlu membaca dan memahami CP di fasenya dengan seksama. Diskusi dengan rekan guru sejawat sangat disarankan di sini.
- Merumuskan Tujuan Pembelajaran (TP): Dari CP yang luas, guru merumuskan TP yang lebih spesifik dan bisa diukur. TP ini biasanya dirumuskan per topik atau unit pembelajaran.
- Menyusun Alur Tujuan Pembelajaran (ATP): TP yang sudah dirumuskan kemudian disusun secara logis dan berurutan menjadi ATP. ATP ini adalah “rute” yang akan dilalui siswa untuk mencapai CP di akhir fase. Ada banyak alternatif ATP yang bisa disusun dari CP yang sama.
- Mengembangkan Modul Ajar: Berdasarkan ATP, guru mengembangkan Modul Ajar atau RPP+. Modul Ajar ini berisi detail kegiatan pembelajaran, materi ajar, asesmen, dan media yang akan digunakan di kelas. Semua komponen dalam Modul Ajar harus mendukung tercapainya TP yang pada akhirnya mengantar siswa mencapai CP.
- Melaksanakan Pembelajaran dan Asesmen: Guru melaksanakan pembelajaran sesuai Modul Ajar, sambil terus melakukan asesmen formatif untuk memantau perkembangan siswa menuju CP, dan asesmen sumatif di akhir periode (misalnya per unit atau per semester) untuk melihat sejauh mana CP telah tercapai.
Proses ini menunjukkan bahwa CP adalah fondasi utama yang mengarahkan seluruh siklus perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
Manfaat CP bagi Guru dan Siswa¶
Penerapan CP ini membawa banyak manfaat, tidak hanya bagi guru tapi juga bagi siswa:
Bagi Guru:¶
- Otonomi dan Kreativitas: Guru punya kebebasan lebih besar untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan konteks dan kebutuhan siswa.
- Fokus pada Makna: Guru tidak terbebani harus “menghabiskan” materi per KD, tapi bisa fokus memastikan siswa benar-benar mengembangkan kompetensi yang esensial.
- Kolaborasi: CP yang dirumuskan per fase mendorong guru antar-kelas dalam satu fase untuk berkolaborasi dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
Bagi Siswa:¶
- Pembelajaran Lebih Bermakna: Siswa belajar kompetensi yang relevan dan bisa diterapkan, bukan sekadar menghafal.
- Pembelajaran Disesuaikan: Guru bisa merancang pembelajaran yang mengakomodasi kecepatan dan gaya belajar siswa yang berbeda-beda, karena targetnya adalah akhir fase.
- Pengembangan Holistik: Siswa tidak hanya dinilai dari aspek pengetahuan, tapi juga keterampilan dan sikap, yang penting untuk kesuksesan di masa depan.
Fakta Menarik Seputar CP dan Kurikulum Merdeka¶
- CP dirancang untuk mendukung Pembelajaran Berdiferensiasi, yaitu pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan profil belajar setiap siswa.
- Pengembangan CP melibatkan berbagai pakar pendidikan dan praktisi, serta melalui uji publik untuk mendapatkan masukan.
- CP adalah bagian dari upaya besar pemerintah untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila sebagai tujuan utama pendidikan di Indonesia.
- Di Platform Merdeka Mengajar (PMM), pemerintah menyediakan contoh-contoh CP, ATP, dan Modul Ajar sebagai inspirasi bagi guru. Guru bisa mengunduh dan memodifikasinya sesuai kebutuhan.
- Konsep CP ini sebenarnya bukan hal baru di dunia pendidikan global; banyak negara maju juga menggunakan kerangka kerja berbasis learning outcomes atau competencies.
Tips Memahami dan Menerapkan CP¶
Sebagai guru, memahami CP itu kunci. Berikut beberapa tipsnya:
- Baca dengan Teliti: Jangan hanya sekilas, baca CP di fase Anda secara mendalam. Pahami kata kunci, frasa, dan makna yang terkandung di dalamnya.
- Diskusi dan Kolaborasi: Ajak rekan guru sefase atau sesama mata pelajaran untuk mendiskusikan CP. Perspektif orang lain bisa sangat membantu.
- Gunakan Platform Merdeka Mengajar (PMM): Manfaatkan sumber daya di PMM. Ada banyak video penjelasan, contoh ATP, dan Modul Ajar yang bisa dipelajari.
- Fokus pada “Apa yang Siswa Bisa Lakukan”: Saat membaca CP, tanyakan pada diri sendiri, “Di akhir fase ini, apa saja yang diharapkan bisa dilakukan siswa terkait elemen ini?” Ini membantu menggeser fokus dari “materi apa yang harus diajarkan” ke “kompetensi apa yang harus dikembangkan siswa”.
- Mulai dari yang Sederhana: Jika baru memulai, jangan merasa harus langsung membuat Modul Ajar yang super kompleks. Mulai dari merumuskan TP untuk satu unit pembelajaran, lalu susun ATP-nya, baru kembangkan Modul Ajarnya.
- Asesmen untuk Belajar: Ingat bahwa asesmen di Kurikulum Merdeka bertujuan untuk memantau perkembangan siswa menuju CP. Gunakan hasil asesmen formatif untuk menyesuaikan pembelajaran.
Tantangan dalam Implementasi CP¶
Tentu saja, penerapan CP ini juga punya tantangan tersendiri:
- Perubahan Pola Pikir: Pindah dari kurikulum berbasis konten ke kurikulum berbasis kompetensi memerlukan perubahan pola pikir yang cukup besar bagi guru dan sekolah.
- Memahami Makna CP secara Mendalam: Tidak semua guru mudah langsung memahami esensi CP yang lebih luas dan fleksibel dibandingkan KD yang spesifik.
- Mengembangkan Perangkat Ajar: Merumuskan TP, menyusun ATP, dan mengembangkan Modul Ajar yang sesuai dengan CP memerlukan waktu, kreativitas, dan pemahaman yang baik.
- Asesmen yang Sesuai: Merancang asesmen yang benar-benar bisa mengukur ketercapaian kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap) secara terintegrasi juga menjadi tantangan.
- Pelatihan dan Dukungan: Guru memerlukan pelatihan dan pendampingan yang memadai agar bisa mengimplementasikan CP dengan baik.
Masa Depan CP dalam Pendidikan¶
CP adalah langkah maju dalam pendidikan di Indonesia. Dengan fokus pada kompetensi dan fleksibilitas, CP berpotensi besar untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih relevan, menarik, dan efektif bagi siswa. Diharapkan CP akan terus berkembang dan disempurnakan seiring berjalannya waktu, menyesuaikan dengan tuntutan zaman dan kebutuhan dunia kerja di masa depan. Konsep ini akan menjadi fondasi penting untuk mencetak generasi penerus yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter kuat dan keterampilan yang dibutuhkan di abad ke-21.
CP bukan sekadar dokumen, tapi panduan filosofis yang menginspirasi guru untuk menjadi arsitek pembelajaran yang bisa menumbuhkan potensi terbaik dalam diri setiap siswa. Ini adalah era baru pendidikan di mana apa yang bisa siswa lakukan menjadi lebih penting daripada apa yang hanya siswa tahu.
Jadi, CP itu adalah target kompetensi dan karakter siswa di akhir setiap fase pembelajaran, yang menjadi kompas utama bagi guru dalam merancang seluruh proses pendidikan di Kurikulum Merdeka.
Bagaimana menurut Anda? Sudah lebih jelas kan apa itu CP dalam Kurikulum Merdeka? Apakah Anda punya pengalaman menarik atau tantangan dalam memahami dan menerapkan CP di sekolah Anda? Jangan ragu berbagi di kolom komentar ya!
Posting Komentar